Kamis, 12 November 2015

Sejarah perkembangan jaringan 0G,1G, 2G, 3G hingga 4G

 
 
0G

Sejarah penemuan telepon seluler tidak lepas dari perkembangan radio. Awal penemuan telepon seluler dimulai pada tahun 1921 ketika Departemen Kepolisian Detroit Michigan mencoba menggunakan telepon mobil satu arah. Kemudian, pada tahun 1928 Kepolisian Detroit mulai menggunakan radio komunikasi satu arah regular pada semua mobil patroli dengan frekuensi 2 MHz. Pada perkembangan selanjutnya, radio komunikasi berkembang menjadi dua arah dengan ‘’frequency modulated‘’(FM).
Tahun 1940, Galvin Manufactory Corporation (sekarang berganti nama menjadi Motorola) mengembangkan portable Handie-talkie SCR536, yang berarti sebuah alat komunikasi di medan perang saat perang dunia II.
Masa ini merupakan generasi 0 telepon seluler atau 0-G, dimana telepon seluler mulai diperkenalkan.
Setelah mengeluarkan SCR536,kemudian pada tahun 1943 Galvin Manufactory Corporation mengeluarkan kembali portable FM radio dua arah pertama yang diberi nama SCR300 dengan model backpack untuk tentara U.S. Alat ini memiliki berat sekitar 35 pon dan dapat bekerja secara efektif dalam jarak operasi 10 sampai 20 mil.

Sistem telepon seluler 0-G masih menggunakan sebuah sistem radio VHF untuk menghubungkan telepon secara langsung pada PSTN landline. Kelemahan sistem ini adalah masalah pada jaringan kongesti yang kemudian memunculkan usaha-usaha untuk mengganti sistem ini.
Generasi 0 (0-G) pun diakhiri dengan penemuan konsep modern oleh insinyur-insinyur dari Bell Labs pada tahun 1947. Mereka menemukan konsep penggunaan telepon hexagonal sebagai dasar telepon seluler. Namun, konsep ini baru dikembangkan pada tahun 1960-an.

1G

Jaringan 1G pertama kali ditemukan pada tahun 1980 ketika AMPS di amrika serikat bekerja sama dengan TACS dan NMT di eropa untuk membuat terobosan di teknologi jaringan. Yang perlu di garis besari adalah bahwa ini adalah standar baru dari teknologi jaringan, zaman dimana tenaga manusia atau campur tangan manusia sudah tidak terlalu di butuhkan ,semuanya berjlan dengan otomatis dan dengan bentuk fisik yang lebih kecil tentunya, ponsel dengan teknologi 1G di garap dengan sanga serius sehingga menghasilkan ponsel dengan ukuran segenggaman tangan. Teknologi 1G bisa mengirim suara dan pesan singkat.

2G

Di awal 90’an akhirnya untuk pertama kalinya muncul teknologi jaringan seluler digital, yang hampir bisa dipastikan memilki banyak kelebihan daripada teknologi terdahulunya yaitu 1G, keunggulan yang terdapat pada 2G adalah suara yang lebih jernih,keamanan lebih terjaga dengan kapasitas yang lebih besar. GSM muncul terlebih dahulu di eropa sementara di amerika sendiri mengandalkan D-AMPS dan Quallcomm CDMA pertama mereka . kedua system CDMA dan GSM mewakili generasi kedua 2G dari teknologi jaringan nirkabel.
Generasi kedua memilki fitur CSD yang membuat transfer data menjadi lebih cepat. Sekitar 14.4 kbps, anda juga dapat mengirimkan pesan teks, tapi fitur CSD ini memakan banyak biaya yang akan menyebabkan tagihan bulanan anda membengkak.

2,5G

GPRS (General packet Radio Service) – 2,5G adalah terobosan atau inovasi dari teknologi jaringan 2G. GPRS adalah cikal bakal kemunculan 4G saat ini. Tercipta pada tahun 1997 GPRS dengan sigap menggantikan CSD yang boros, dengan GPRS semua menjadileih irit karena perhitungan bukan lagi permenit CSD tapi jadi perkilobyte.

3G

Sekitar tahun 2001 sampai 2003, EVDO Rev 0 pada CDMA2000 dan UMTS pada GSM pertama yang ,dengan haditnya teknologi 3Gbukan berarti GPRS telah mati, justru saat 3G muncul EDGE (Enhanced Data – Rates For GSM Evolution. Bisa di harapkan pengganti GRPS yang lebih sempurna , karena tidak perlu mengupgrade hardware secara ekstrim dan tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya. dengan EDGE dulu kita sudah bisa merasakan kecepatan tinggi dua kali lebih cepat dari pada GPRS.

EDGE
EDGE (Enhanced Data – Rates For GSM Evolution) Memilki fitur yang sama dengan GPRS menyediakan (MMS, e-mail, dan browsing) memilki kecepatan 3x cepat dari GPRS yaitu bisa mencapai 384kbps.

UMTS
(Universal Mobile Telecomunication Service) : Sejarah dan perkembangan jaringan nirkabel mencatat bahwa UMTS sebagai generasi ke tiga dari teknologi 3G ,dengan kecepatan mencapai 480Kbps dengan fitur yang sama yaitu (MMS, e-mail, dan browsing)

3,5G
HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) merupakan teknologi selanjutnya dari 3G ,HSDPA sering disebut generasi 3,5G karena Teknologi ini masih berjalan dengan platform 3G. secara teori kecepatan akses data HSDPA sama seperti 480Kbps, tapi pastinya data HSDPA lebih cepat. Setelah beberapa tahun CDMA 2000 mengupgrade teknologi jaringan evdo mereka, EVDO rev A setara dengan 3,5G lebih cepat 10 kali lipat juga dari pada EVDO rev 0.

4G

4G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: fourth-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada pengembangan teknologi telepon seluler. 4G merupakan pengembangan dari teknologi 3G. Nama resmi dari teknologi 4G ini menurut IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) adalah “3G and beyond”.Teknologi 4G adalah istilah serapan dari bahasa Inggris: fourth-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan untuk menjelaskan pengembangan teknologi telepon seluler.
Sistem 4G akan dapat menyediakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Belum ada definisi formal untuk 4G. Bagaimanapun, terdapat beberapa pendapat yang ditujukan untuk 4G, yakni: 4G akan merupakan sistem berbasis IP terintegrasi penuh. Ini akan dicapai setelah teknologi kabel dan nirkabel dapat dikenversikan dan mampu menghasilkan kecepatan 100Mb/detik dan 1Gb/detik baik dalam maupun luar ruang dengan kualitas premium dan keamanan tinggi. 4G akan menawarkan segala jenis layanan dengan harga yang terjangkau. Setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk berinteraksi internet telephony yang berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Semua jenis radio transmisi seperti GSM, TDMA, EDGE, CDMA 2G, 2.5G akan dapat digunakan, dan dapat berintegrasi dengan mudah dengan radio yang di operasikan tanpa lisensi seperti IEEE 802.11 di frekuensi 2.4GHz & 5-5.8Ghz, bluetooth dan selular. Integrasi voice dan data dalam channel yang sama. Integrasi voice dan data aplikasi SIP-enabled.Teknologi 4G di IndonesiaSecara sederhana, dapat diartikan bahwa teknologi 1G adalah telepon analog / PSTN yang menggunakan seluler. Sementara teknologi 2G, 2.5G, dan 3G merupakan ISDN. Indonesia secara umum pada saat ini baru memasuki tahap 2.5G. Berkaitan dengan teknologi 4G, SIP adalah protokol inti dalam internet telephony[1] yang merupakan evolusi terkini dari Voice over Internet Protocol maupun Telephony over Internet Protocol. Teknologi tersebut banyak di perdebatkan oleh operator, pemerintah dan DPR belakangan ini. Tidak lama lagi internet telephony akan menjadi tulang punggung utama infrastruktur telekomunikasi. Teknologi internet telephony memungkinkan pembangun infrastruktur telekomunikasi rakyat secara swadaya masyarakat (tanpa Bank Dunia, IMF maupun ADB) bahkan mungkin
tanpa kontrol pemerintah sama sekali. Dengan teknologi SIP dalam 4G, nomor telepon PSTN hanyalah sebagian kecil dari identifikasi telepon. Bagian besarnya akan dilakukan menggunakan URL. Kita tidak lagi perlu bergantung pada nomor telepon yang dikendalikan oleh pemerintah untuk berkomunikasi via internet-telepon. Infrastruktr internet telephony memungkinkan kita untuk menyelenggarakan sendiri banyak hal tanpa tergantung lisensi pemerintah dan tidak melanggar hukum. Teknologi 4G juga akan menyebabkan kemunduran bagi teknologi Inernet Network (IN) yang saat ini merupakan infrastruktur telekomunikasi yang digunakan berbagai provider. Hal tersebut disebabkan terbukanya jalur arus bawah yang dapat didownload dan diakses gratis dari internet.

TEKNOLOGI GENERASI KEEMPAT (4G- FOURTH GENERATION)

Teknologi fourth generation (4G) adalah teknologi yang baru memasuki tahap uji coba. Salah satunya oleh Jepang dimana pihak NTT DoCoMo, perusahaan ponsel di Jepang, memanfaatkan tenaga hingga 900 orang insinyur ahli untuk mewujudkan teknologi generasi ke 4.
Motivasi Teknologi 4G
Mendukung service multimedia Interaktif, telekonfrensi, Wireless Intenet, bandwidth yang lebar, bit rates lebih besar dari 3G, global mobility, Service Portability, Low-cost service, dan skalabilitas untuk jaringan mobile.
Teknologi yang baru dalam 4G
Sepenuhnya untuk jaringan packet-switched, semua komponen jaringan digital, bandwidth yang besar untuk mendukung multimedia service dengan biaya yang murah ( Sampai 100 Mbps), dan jaringan keamanan data yang kuat.
Teknologi yang digunakan :
Untuk teknologi 4G, kemungkinan teknologi yang diadaptasi adalah :
MIMO-OFDM (Multi Input Multi Output – Orthogonal Frequency Modulation). OFDM merupakan suatu teknik transmisi multi carrier (banyak frekuensi). Dimana tiap frekuensi adalah orthogonal satu sama lain, sehingga terjadinya overlapping tidak akan menyebabkan interferensi. Dan di sisi lain teknik MIMO dapat membuat kanal paralel independen dalam spatial domain untuk mengirimkan data stream yang beragam. Teknik MIMO bisa memperbesar kapasitas kanal tanpa mengurangi bandwidth yang ada. Jumlah antena yang dipergunakan pada bagian pemancar 2 sedangkan pada bagian penerima 4. MIMO dapat mencapai kecepatan transfer data sampai 59,52 Mb.

Rabu, 04 November 2015

Manfaat ICT bagi Pendidikan

Tingkat literasi yang tinggi dan bervariasi, menurut Toffler, sangat terkait dengan trend kehidupan abad ke-21 dan fungsi-fungsi serta aplikasi ICT. Karena itu, sarana ICT sangat penting untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat manusia di abad ke-21, tentu saja termasuk aktivitas dalam bidang pendidikan.
Dengan sarana ICT yang up to date dan relevan, lembaga-lembaga pendidikan dapat memaksimalkan perannya sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban yang dapat melahirkan anggota masyarakat yang tidak hanya melek huruf, tetapi juga melek udaya, dan melek peradaban. Peran yang sangat penting dan strategis sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat mengembangkan aktivitas pembelajaran yang memiliki paradigma yang jelas dan daya jangkau yang luas.
Dalam konteks inilah sarana ICT menjadi sangat urgen, karena sarana ICT memberikan nilai manfaat yang sangat banyak. Menurut penelusuran UNESCO (2013), ada lima manfaat yang dapat diraih melalui penerapan ICT dalam sistem pendidikan:
(1) mempermudah dan memperluas akses terhadap pendidikan;
(2) meningkatkan kesetaraan pendidikan (equity in education);
(3) meningkatkan mutu pembelajaran (the delivery of quality learning and teaching); meningkatkan profesionalisme guru (teachers’ professional development); dan
(4) meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, tata kelola, dan administrasi pendidikan.

Mengetahui dan menyadari besarnya manfaat ICT bagi dunia pendidikan, para ahli UNESCO menganjurkan agar semua negara, khususnya negara-negara berkembang, meningkatkan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk mengelaborasi ICT dalam berbagai kebijakan, strategi, dan aktivitas pendidikan. Untuk tujuan tersebut, secara khusus mereka telah meminta UNESCO membangun Institute for Information Technologies in Education (IITE) di Moscow. Tujuan utama dari lembaga ini adalah untuk mendorong dan mempromosikan pertukaran informasi (information exchange) serta menggalakkan berbagai riset dan pelatihan yang terkait dengan integrasi ICT dalam sistem pelayanan pendidikan. Untuk Asia dan Pacific, tugas ini diamanahkan kepada kantor cabang UNESCO di Bangkok.

Meskipun berhadapan dengan banyak kendala, upaya UNESCO dan lembaga-lembaga kependidikan lainnya untuk mengintegrasikan ICT ke dalam sistem pengelolaan dan pelayanan pendidikan sudah cukup berhasil. Keberhasilan ini ditandai oleh munculnya berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e pada jargon-jargon tersebut bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.  Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan internet, maka muncullah beberapa jargon baru, seperti computer based teaching and learning, Internet-based learning atau web-based learning. Keberhasilan UNESCO juga
dapat dilihat pada beberapa kebijakan pengembangan pendidikan. Sarana ICT telah menjadi salah satu fokus utama dalam format akreditasi semua jalur, jenis, dan jenjang lembaga pendidikan di negara-negara berkembang. Di Indonesia, misalnya, ketersediaan sarana ICT, intensitas pemanfaatannya, dan komitmen terhadap pengembangannya dalam pengelolaan lembaga pendidikan sudah menjadi bagian penting dalam proses akreditasi sekolah dan perguruan tinggi.
Sudah banyak sekolah dan perguruan tinggi yang secara eksplisit mencantumkan ICT sebagai salah satu kata kunci dalam rumusan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target pengebangannya. Mereka terus meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana ICT dan memperkuat SDM pengelolahnya. Selain menggambarkan fenomena integrasi ICT ke dalam sistem pendidikan yang terus berkembang dan meluas, jargon-jargon dan berbagai perkembangan yang ada juga menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh perkembangan ICT terhadap dunia pendidikan, khususnya terhadap pergeseran paradigma pembelajaran dan paradigma pengelolaan lembaga pendidikan. Fenomena ini mengingatkan kita betapa ironisnya jika di era informasi sekarang ini masih ada lembaga-lembaga pendidikan dan aktivitas pebelajaran yang tidak tersentuh oleh ICT atau jika masih ada pendidik dan peserta didik yang tidak terekspose pada aplikasi ICT dalam menjalankan aktivitas pembelajaran. Dan yang lebih ironis lagi jika di era informasi ini masih ada penentu kebijakan pendidikan (educational policy maker) yang menomorduakan atau mengabaikan sarana ICT dalam berbagai agenda pembangunan pendidikan.

Penerapan ICT di Dunia Pendidikan Makin Disadari

Pentingnya penerapan ICT dalam dunia pendidikan lambat laun semakin disadari banyak pihak. Dengan penggunaan teknologi yang semakin canggih, kegiatan belajar-mengajar diprediksi akan semakin mudah. Melihat hal itu, Eduspec Jogja menggandeng UNY melakukan penelitian berjudul Efektivitas Penggunaan E-Sabak dalam Proses Pembelajaran untuk menunjang promosi produk yang berbasis riset.
Sebagai langkah awal, seminar proposal Penelitian E-Sabak kemudian digelar di ruang rapat Rektorat dengan mengundang tim peneliti dari UNY yang terdiri dari Pujirianto SPd, Deni Hardianto MPd dari Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Sabar Nurohman MPdSi dari Prodi Pendidikan IPA, dan Lusi Nurhayati MApplLing dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
Di awal seminar, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan UNY Prof Suwarsih Madya PhD menyambut baik kerja sama itu. “Kerja sama ini akan menjadi titik awal budaya mengembangkan teknologi pendidikan untuk anak-anak,” ucap guru besar Pendidikan Bahasa Inggris lulusan Macquarie University Australia itu, Sabtu (10/10).
Dalam diskusi yang digelar setelah presentasi proposal oleh tim peneliti, E-Sabak diprediksi dapat menjadi alternatif pembelajaran bagi siswa dengan memperhatikan beberapa hal krusial seperti kultur dan kesiapan guru. Di akhir seminar, Prof Suwarsih menyimpulkan semua masukan yang telah diberikan kali ini untuk membantu tim peneliti dalam meramu tujuan dari tim peneliti dan dari Eduspec agar menjadi satu. (Bambang Unjianto/CN38/SM Network)



http://berita.suaramerdeka.com/penerapan-ict-di-dunia-pendidikan-makin-disadari/

 
biz.