Rabu, 04 November 2015

Manfaat ICT bagi Pendidikan

Tingkat literasi yang tinggi dan bervariasi, menurut Toffler, sangat terkait dengan trend kehidupan abad ke-21 dan fungsi-fungsi serta aplikasi ICT. Karena itu, sarana ICT sangat penting untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat manusia di abad ke-21, tentu saja termasuk aktivitas dalam bidang pendidikan.
Dengan sarana ICT yang up to date dan relevan, lembaga-lembaga pendidikan dapat memaksimalkan perannya sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban yang dapat melahirkan anggota masyarakat yang tidak hanya melek huruf, tetapi juga melek udaya, dan melek peradaban. Peran yang sangat penting dan strategis sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat mengembangkan aktivitas pembelajaran yang memiliki paradigma yang jelas dan daya jangkau yang luas.
Dalam konteks inilah sarana ICT menjadi sangat urgen, karena sarana ICT memberikan nilai manfaat yang sangat banyak. Menurut penelusuran UNESCO (2013), ada lima manfaat yang dapat diraih melalui penerapan ICT dalam sistem pendidikan:
(1) mempermudah dan memperluas akses terhadap pendidikan;
(2) meningkatkan kesetaraan pendidikan (equity in education);
(3) meningkatkan mutu pembelajaran (the delivery of quality learning and teaching); meningkatkan profesionalisme guru (teachers’ professional development); dan
(4) meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, tata kelola, dan administrasi pendidikan.

Mengetahui dan menyadari besarnya manfaat ICT bagi dunia pendidikan, para ahli UNESCO menganjurkan agar semua negara, khususnya negara-negara berkembang, meningkatkan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk mengelaborasi ICT dalam berbagai kebijakan, strategi, dan aktivitas pendidikan. Untuk tujuan tersebut, secara khusus mereka telah meminta UNESCO membangun Institute for Information Technologies in Education (IITE) di Moscow. Tujuan utama dari lembaga ini adalah untuk mendorong dan mempromosikan pertukaran informasi (information exchange) serta menggalakkan berbagai riset dan pelatihan yang terkait dengan integrasi ICT dalam sistem pelayanan pendidikan. Untuk Asia dan Pacific, tugas ini diamanahkan kepada kantor cabang UNESCO di Bangkok.

Meskipun berhadapan dengan banyak kendala, upaya UNESCO dan lembaga-lembaga kependidikan lainnya untuk mengintegrasikan ICT ke dalam sistem pengelolaan dan pelayanan pendidikan sudah cukup berhasil. Keberhasilan ini ditandai oleh munculnya berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e pada jargon-jargon tersebut bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.  Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan internet, maka muncullah beberapa jargon baru, seperti computer based teaching and learning, Internet-based learning atau web-based learning. Keberhasilan UNESCO juga
dapat dilihat pada beberapa kebijakan pengembangan pendidikan. Sarana ICT telah menjadi salah satu fokus utama dalam format akreditasi semua jalur, jenis, dan jenjang lembaga pendidikan di negara-negara berkembang. Di Indonesia, misalnya, ketersediaan sarana ICT, intensitas pemanfaatannya, dan komitmen terhadap pengembangannya dalam pengelolaan lembaga pendidikan sudah menjadi bagian penting dalam proses akreditasi sekolah dan perguruan tinggi.
Sudah banyak sekolah dan perguruan tinggi yang secara eksplisit mencantumkan ICT sebagai salah satu kata kunci dalam rumusan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target pengebangannya. Mereka terus meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana ICT dan memperkuat SDM pengelolahnya. Selain menggambarkan fenomena integrasi ICT ke dalam sistem pendidikan yang terus berkembang dan meluas, jargon-jargon dan berbagai perkembangan yang ada juga menggambarkan betapa dahsyatnya pengaruh perkembangan ICT terhadap dunia pendidikan, khususnya terhadap pergeseran paradigma pembelajaran dan paradigma pengelolaan lembaga pendidikan. Fenomena ini mengingatkan kita betapa ironisnya jika di era informasi sekarang ini masih ada lembaga-lembaga pendidikan dan aktivitas pebelajaran yang tidak tersentuh oleh ICT atau jika masih ada pendidik dan peserta didik yang tidak terekspose pada aplikasi ICT dalam menjalankan aktivitas pembelajaran. Dan yang lebih ironis lagi jika di era informasi ini masih ada penentu kebijakan pendidikan (educational policy maker) yang menomorduakan atau mengabaikan sarana ICT dalam berbagai agenda pembangunan pendidikan.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.